Silvia Nachita Ratih

Sabtu, 17 September 2011

Bina Diri Anak Tunagrahita


BINA DIRI BAGI ANAK TUNA GRAHITA

1.       PENGERTIAN BINA DIRI
Bina diri merupakan serangkaian kegiatan pembinaan dan latihan yang dilakukan oleh guru yang profesional dalam pendidikan khusus, secara terencana dan terprogram terhadap individu yang membutuhkan layanan khusus, yaitu individu yang mengalami gangguan koordinasi gerak-motorik, sehingga mereka dapat melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari, dengan tujuan meminimalisasi dan atau menghilangkan ketergantungan terhadap bantuan orang lain dalam melakukan aktivitasnya.
Aktivitas kehidupan sehari-hari yang dimaksud adalah; Kemampuan dan keterampilan sesorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, mulai dari aktivitas bangun tidur sampai tidur kembali. Kegiatn ini dikenal dengan istilah ADL ( Actifity of Daily Living ).
Dengan adanya perubahan paradigma dalam pendidikan yaitu menuju pendidikan Inklusif, maka siswa yang mengalami gagguan gerak-motorik akan kita jumpai juga di sekolah-sekolah reguler.
Pelaksanaan layanan bina diri yang diberikan kepada siswa di SLB bervariasi sesuai dengan hasil dari identivikasi dan asesmen, sehingga program bina diri sifatnya individual. Bagi siswa yang mengikuti pendidikan di sekolah reguler dapat bekerjasama dengan SLB terdekat untuk mendapatkan bantuan tenaga dalam bidang bina-diri bagi anak-anak yang mengalami gangguan koordinasi-motorik. Apabila ada tenaga Okupasional Terapist dapat bekerjasama sehingga hasilnya dapat lebih optimal. Kewenangan dalam penanganan bidang terapi okupasional (OT) adalah profesi bidang para medis yaitu okupasional terapis, namun guru pendidikan khusus dapat memderikan latihan atau pembinaan tersebut melalui layanan bina diri.

2.      KEMAMPUAN BINA DIRI
Terbagi menjadi  tujuh macam,yaitu:
1.      Kebutuhan Merawat Diri
Kebutuhan merawat diri meliputi kemampuan memelihara tubuh seperti mandi, menggosok gigi,merawat rambut  dan memelihara kesehatan dan keselamatan diri seperti melindungi dari bahaya sekitar ataupun mengatasi luka.
2.      Kebutuhan Mengurus diri
Kebutuhan mengurus diri meliputi memelihara diri secara praktis, mengurus kebutuhan yang bersifat pribadi seperti makan,minum,menyuap makanan,berpakaian, pergi ke toilet,berdandan,serta merawat kesehatan diri.

3.      Kebutuhan menolong diri
Kebutuhan menolong diri meliputi memasak sederhana,mencuci pakaian dan melakukan aktivitas rumah seperti menyapu dan lain sebagainya.

4.      Kebutuhan komunikasi
Kebutuhan komunikasi meliputi komunikatif ekspresif yaitu menjawab nama dan identitas keluarga dan komunikasi resepti yaitu mampu memahami apa yang disampaikan orang lain.

5.      Kebutuhan Sosialisasi
Kebutuhan sosialisasi meliputi keterampilan bermain, berinteraksi. partisipasi kelompok, ramah dalam bergaul,mampu menghargai orang ,bertanggung jawab pada diri sendiri serta mampu mengendalikan emosi.

6.      Kebutuhan Keterampilan Hidup
Kebutuhan Keterampilan hidup meliputi keterampilan menggunakan uang,keterampilan berbelanja dan keterampilan dalam bekerja.

7.      Kebutuhan Mengisi Waktu Luang
Kebutuhan mengisi waktu luang bagi anak tuna grahita dapat berupa kegiatan kegiatan olahraga,seni dan keterampilan sederhana seperti memelihara tanaman atau hewan.
3.      METODE CERAMAH DAN DEMONSTRASI
Rancangan Program Pembelajaran (RPP) yang akan ditampilkan merupakan modifikasi. Jika biasanya program bina diri hanya mengajarkan cara melakukan suatu kegiatan atau ketrampilan maka pada RPP kali ini dimasukkan pengetahuan tentang adab makan dan minum. Perlu ditekankan dalam penggunaan media pembelajaran harus menggunakan media yang benar-benar nyata. Jika guru mengajarkan konsep apel maka guru harus benar-benar menunjukkan buah apel.
                                                               
Rancangan Program Pembelajaran
Pokok Bahasan                   : makan dengan tangan.
Kelas/ Semester                  : I / I 
Alokasi Waktu                     : 2×35 menit.
Standar Kompetensi          :
Memahami cara makan sesuai adab makan Islami.
Kompetensi Dasar              :
Dapat melakukan makan dengan tangan.
Indikator                               :
Anak mampu makan dengan tangan.
Tujuan Pembelajaran       :
Anak diharapkan:
 - Makan mandiri tanpa bantuan orang lain.
- Mengetahui makan sesuai dengan adab makan Islami.
- Membiasakan makan sesuai dengan adab makan Islami.
Materi                                    :
Makan dengan tangan.
Metode                                  :
Materi dan Demonstrasi.
Media                                                :
- Meja makan.
- Makanan yang tidak berkuah. (Nasi dan telor mata sapi dan Tempe goreng).
- Mangkuk pencuci tangan.
- Serbet untuk mengelap tangan.
Langkah-Langkah Pembelajaran          :
Tahap Awal                          :
- Apersepsi.
- Berdoa bersama.
- Mengkondisikan anak untuk kegiatan belajar makan.
Tahap Inti                             :
- Duduk di meja makan.
- Mencuci tangan ke dalam mangkuk.
- Membaca Bismillah.
- Mengambil lauk dari yang terdekat ke piring.
- Mengambil nasi dengan lauk lalu memasukkan ke dalam mulut.
- Makan harus habis dan piring harus bersih.
- Membaca Hamdallah.
- Menjilati jari jemari.
- Mencuci tangan.
- Mengelap tangan dengan serbet.
Tahap Akhir                         :
- Berpesan pada siswa agar mempraktekkan di rumah.
- Menutup dengan doa.
Inilah contoh modifikasi program bina diri dengan memasukkan adab makan dan minum Islami. program dilakukan secara bertahap. Jika pada program ini hanya diajarkan ketrampilan makan menggunakan tangan maka selanjutnya menggunakan sendok, makan makanan berkuah dan seterusnya. Sesuai dengan prisnsip pembelajaran mulai dari yang mudah ke yang sulit.
Metode Modelling             :
Metode ini akan mengantarkan anak memiliki keterampilan atau pengetahuan tertentu dari model yang ditiru sebelumnya. Dengan adanya suatu model untuk dijadikan contoh biasanya suatu keterampilan atau pengetahuan lebih dipahami atau bahkan bisa menimbulkan ide baru. Pemodelan ini tidak selalu oleh guru, bisa oleh siswa atau media yang lainnya.
Metode Modelling sangat mudah untuk dilaksanakan di dalam ruang kelas. Metode ini menunjukkan bahwa guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang oleh guru dengan melibatkan siswa, sehingga siswa akan lebih termotivasi untuk belajar karena model yang dihadirkan guru lebih variatif.Siswa juga tidak mudah bosan karena siswa dapat belajar dari sumber yang bermacam-macam tidak hanya dari satu guru saja. Metode tersebut juga sangat efektif, dan mampu memacu kreatifitas guru dan siswa. Pembelajaran di kelas menjadi lebih menyenangkan dan lebih berkesan
Pokok Bahasan                   : Latihan mengancing baju
Standar Kompetensi          : Memahami cara mengancing baju
Kompetensi Dasar              : Dapat mengancing Baju
Indikator                               : Anak mampu mengancing baju
Tujuan pembelajaran       : Anak diharapkan dapat mengancing baju secara mandiri
Materi                                    : Mengancing Baju
Metode                                  : Modelling
Media                                                : Baju/kemeja
Langkah-langkah Pembelajaran          
Tahap awal                          : -  Apersepsi
-          Mengkondisikan anak untuk latihan mengancing baju
Tahap inti                           :- Guru memilih salah satu siswa untuk dijadikan model di depan
Kelas dan mengajak para siswa lainya menirukan apa yang
                                                             Dilakukan model.:
-          Langkah pertama yaitu memasukkan lengan terlebih dahulu
-          Kedua,minta model menarik dua ujung bawah baju sehingga mempermudah mengancing baju
-          Ajak siswa lainnya untuk mengikuti model
-          Memulai mengancing baju dari bawah keatas agar tidak ada kancing yang tertinggal untuk dipasang
Tahap Akhir                         : - Memberikan semangat pada siswa untuk senantisa
                                            - Melakukannya sendiri dirumah


4. ANALIS TUGAS
Analisa tugas adalah tehnik memecahkan suatu tugas atau kegitan menjadi langkah-langkah kecil yang berurutan dan mengajarkan tiap langkah itu hingga anak dapat mengerjakan seluruhnya,
Analisa tugas merupakan salah satu teknik mengajar yang baik sekali digunakan untuk mengajar anak tuna grahita. Dalam perencanaan analisa tugas, harus disesuaikan pula dengan tingkat kecerdasan anak tunagrahita. Untuk anak tunagrahita ringan dibuat lebih sederhana dibanding anak tuagrahita sedang. Untuk anak tunagrahita berat analisa tugasnya dibuat serinci mungkin sehingga memerlukan waktulebih banyak.
Menurut Suhaeri, HN (2005) ada tiga macam analisis terhadap bahan yang akan diajarkan, yaitu:
a.      Analisis tugas rincian
Analisis tugas rincian ini tugas dipecah menjadi satuan subtugas berdasarkan perbedaan satu sama lain.
Contoh : dalam menggosok gigi, membedakan sub-sub. Seperti : menggosok gigi bagian luar gigi rahang kanan,menggosok bagian dalam gigi rahang kiri dan lain sebagainya.

b.      Analisis tugas alur
Analisa tugas alur pun dirinci tas sub-sub yang lebih kecil tetapi dengan meletakkan penekanan pada urutan-urutan sub-sub satu sama lain.



Contoh : mengenakan kaos kaki

















Masukkan jari kaki ke mulut kaos kaki
 

Dekatkan ujung kaos kaki ke jari kaki
 

Tarik mulut kaos kaki ke betis
 













Rapikan
 


 





Latihkan sub tugas terakhir (no 4 ) berkali-kali sampai mahir, kalau sudh mahir latihkan ke tugas sebelumnya (no 3), demikian seterusnya sampai nomor 1.

Selama anak belum mahir dalm salah stu sub tugas, sub-sub tugas sebelumnya dilakukan dengan bntuan sepenuhnya oleh pelatih.

Sedangkan sub-sub tugas yang sudah dikuasai dilakukan sepenuhnya oleh anak.

c.       Analisis tugas generalisasi
Analisis tugas ini digunakan untuk tugas-tugas yang terdiri atas beberapa prinsip.
Contoh : pada pelajaran matematika tentang penjumlahan 16 tambah 7 cara ke bawah harus dikuasai prinsip satuan lurus dengan satuan (6 dan 7), belasan lurus dengan belasan (bilangan sepuluh dari 7+6). Setelah cara ini dikuasai siswa baru siswa disuruh mengerjakan penjumlahan : 16
Sedangkan pada mata pelajaran bahasa Indonesia dalam merinci tiga kata atau lebih pada satu kalimat, kata-kata itu dipisahkan oleh koma.
Contoh : rapat itu dihadiri Kepala Sekolah, Guru, Komite, dan Karyawan.
Sedangkan langkah-langkah pembuatan analisa tugas adalah :
-          Identifikasi : mengidentifikasi ketrampilan/kegiatan yang akan dilatihkan
-          Tentukan tujuan yang akan dicapai : menentukan tujuan sesuai dengan kegiatan yang sudah dipilih
-          Tentukan target
      Apa yang harus dikuasai anak pada akhir program :
·         Tentukan jumlah langkah yang penting bagi anak tertentu, mungkin untuk anak ada langkah yang dihilangkan
·         Tentukan titik awal dimana dimulai. Akan membuang waktu bila kita mengajarkan ketrampilan yang sudah dikuasai anak
·         Tentukan beberapa kali pertemuan, untuk menyelesaikan tugas
·         Tentukan apa yang akan dicapai anak dalam setiap kali pertemuan.

Rabu, 02 Maret 2011

Terapi bermain

  1. Pengertian Terapi Bermain
Bermain adalah aktivitas yang menyenangkan dan merupakan kebutuhan yang sudah melekat dalam diri setiap anak. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Suwarni   (2000 : 41) bahwa “bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk memperolah kesenangan tanpa mempertimbangkan hasil akhir.”
Menurut Sudono (2000: 1) “bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau pemberian informasi, memberi kesenangan, maupun mengembangkan imajinasi anak.
Bermain juga dapat digunakan sebagai terapi. Terapi merupakan penerapan  sistematis dari sekumpulan prinsip belajar terhadap kondisi atau tingkah laku yang dianggap menyimpang dengan tujuan melakukan perubahan. Perubahan yang dimaksud bisa berarti menghilangkan, mengurangi, meningkatkan, atau memodifikasi suatu kondisi tingkah laku tertentu.
Dari pengertian diatas, dapat disimpulakn bahwa terapi bermain adalah usaha untuk mengubah tingkah laku yang bermasalah, dengan melakukan kegiatan untuk memperoleh kesenangan dan mengembangkan imajinasi anak. Terapi bermain merupakan salah satu upaya untuk membantu anak tuna grahita agar dapat berkembang baik dari aspek fisik, intelektual, dan sosialnya secara optimal melalui bermain ( Astati, 1995 : 120 ).
Dengan bermain, anak mendapatka masukan-masukan untuk diproses bersama dengan pengetahuan apa yang dimilkinya, anak dapat belajar berkomunikasi dengan sesama teman, baik dalam hal mengemukakan isi pikiran dan perasaannya maupun untuk belajar memahami apa yang diucapkan teman. Selain itu anak akan belajar berbagi hak, menggunakan mainan secara bergilir, melakukan kegiatan bersama, mempertahankan hubungan yang sudah terbina, mencari cara untuk memecahkan masalah yang dihadapi, memahami kaitan antara dirinya dengan lingkungan sosialnya, belajar bergaul dan memahami aturan ataupun tata cara pergaulan.
  1. Ciri – ciri Bermain
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Smith et all: Garvey: Rubin, Fein dan Vanderberg ( dalam Tedjasaputra, 2003) diungkapkan ciri kegiatan bermain meliputi berbagai hal, sebagai berikut :
Ø  dilakukan berdasarkan motivasi instrinsik, yakni motivasi yang timbul atas keinginan dan kepentingannya sendiri.
Ø  persaan dari orang yang terlibat dalam kegiatan bermain diwarnai olah emosi-emosi negatif. Jika kalau emosi positif tidak muncul setidaknya kegiatan bermain mempunyai nilai bagi anak.
Ø  fleksibilitas yang ditandai mudahnya kegiatan beralih dari satu aktifitas ke aktifitas yang lainnya.
Ø  bebas memilih. Hal ini merupakan elelmen yang sangat penting bagi konsep bermain pada anak-anak.
Ø  kegiatan bermain mempunyai kerangka tertentu yang memisahkan antara kehidupan nyata sehari-sehari dengan fantasi.

  1. Manfaat bermain
Menurut Wiliard dan Spackmans (1999)
Ø  perkembangn fisik. Melalui permainan anak dapat mengembangkan dan melaksanakan berbagai keterampilan jasmani seperti keterampilan motorik kasar, juga keterampilan motorik halus. Anak juga dapat menyalurkan tenaga (energi).
Ø  perkembangan intelektual (kognitif). Melalui permainan, anak belajar berfikir dan menyelasaikan masalah. Mereka menemukan begaimana hal-hal tertentu saling berkaitan, mengembangkan konsep seperti warna, bentuk, ukuran dan tekstur, mengembangkan konsentrasi, dan mengembangkan rasa ingin tahu. Permainan membuat anak menjadi lebih kreatif.
Ø  perkembangan bahasa. Dengan bermain anak dapat mempraktekkan bahasa, mengubah pembendaharaan kata dan sarana komunikasi.
Ø  perkembangan sosial-emosional. Dengan bermain anak akan belajar melakukan kegiatan bersama, mempertahankan hubungan yang sudah terbina dan mencari permasalahan dan cara untuk memecahkannya. Anak juga dapat menyalurkan perasaan-perasaan atau dorongan yang muncul dari dalam dirinya.



  1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Bermain
Menurut Setiawani (2000), faktor-faktor yang mempengaruhi permainan anak:
Ø  kesehatan. Anak-anak yang sehat mempunyai banyka energi untuk bermain dibandingkan dengan anak-anak yang kurang sehat, sehingga anaka-anak yang sehat banyak menghabiskan waktunya untuk bermain.
Ø  intelegensi. Anak yang cerdas lebih aktif dibandingkan dengan anak-anak yang kurang cerdas. Anak yang cerdas lebih menyukai permainan – permainan yang bersifat intelektual atau permainan yang banyak merangsang daya pikir mereka.
Ø  jenis kelamin. Anak perempuan lebih sedikit melakukan permainan yang menghabiskan banyak energi daripada anak laki-laki perbedaan ini bukan berarti bahwa anak perempuan sebaiknya menjadi anak lembut dan bertingkah laku halus.
Ø  lingkungan. Anak yang dibesarkan dilingkungan yang kurang menyediakan peralatan, waktu, dan ruang bermain bagi anak, akan menimbulkan aktivitas bermain anak berkurang.
Ø  status sosial ekonomi. Anak yang dibesarkan dilingkungan keluarga yang yang status ekonominya tinggi lebi banyak memfalisitasi anak-anak mereka dengan permainan yang lengkap.





5. Tujuan Terapi Bermain
Menurut Astati (1995), tujuan terapi bermain bagi anak tuna grahita antara lain:
Ø  pengembangan aspek fisik. Meningkatkan ketahanan otot-otot dan organ tubuh melatih keseimbangan.
Ø  pengembangan aspek intelektual. Meliputi kemampuan berkomunikasi, menghitung angka, mengartikan peraturan main, menceritakan apa yang didengar maupun yang dilihatnya.
Ø  pengembangan emosi. Meliputi penerimaan atas pimpinan orang lain, menghilangkan sikap pemarah, agresif, pasif, menarik, diri, memunculkan diri.
Ø  pengembangan sosialisasi. Meliputi bagaiman dapat bermain bersama, meningkatkan hubungan yang sehat dalam kelompok (berteman), menerima ketentuan permainan, menerima bila dipimpin oleh orang lain.
Ø  melatih keberanian dan ketangkasan.

6. Prinsip – prinsip Pelaksanaan
Ø  prinsip korelasi. Prinsip ini menganjurkan agar bahan bermain tidak hanya untuk latihan tertentu saja akan tetapi hendaknya dapat dilakukan untuk kebutuhan latihan bidang lain.
Ø  prinsip skala perkembangan mental. Mengingat kecerdasan anak tuna grahita berbeda-beda maka dalam memberikan terpai bermain hendaknya memperhatikan perbedaan itu.
Ø  prinsip spontanitas. Bermain tidak ada unsur paksaan, tetapi bersifat spontanitas. Maksudnya tidak ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi pada waktu ikut bermain, tidak ditentukan lamanya, dan tidak ditentukan waktunya dsb.
Ø  prinsip sosialisasi. Kemampuan sosial anak dapat berkembang dengan seringnya ia bermain bersama-sama dengan anak yang lainnya.
Ø  prinsip pengulangan. Karakteristik anak tuna grahita adalah cepat lupa. Oleh karena itu setiap mempelajari sesuatu selalu diadakan pengulangan. Demikian juga dengan bermain.
Ø  prinsip konsentrasi. Sekalipun bermain bersifat untuk kesenangan tetapi dalam bermain juga menuntut pemusatan perhatian.

7. Hal – hal yang Perlu Diperhatikan dalam Terapi Bermain
Menurut Astati (1995), hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan terpai bermain pada anak tuna grahita :
Ø  Keadaan anak. Keadaan anak tuna grahita berbeda-beda sehingga perbedaan-perbedaan ini harus diketahui dalam melaksanakan terapi bermain.
Ø  Pelatih dan pembimbing. Pelatih hendaknya mengetahui tentang keadaan anak, sehingga dalam membantu anak bermain tidak mengalami kesulitan.
Ø  Tempat bermain. Tempat ditentukan berkaitan dengan penggunaan bahan, jenis-jenis bermain yang dilakukan dan tujuan yang akan dihadapi.
Ø  Bahan bermain. Penentuan bahan bermain ereat kaitannya dengan kemampuan, usi, dan jenis kelamin pada anak tuna grahita.
Ø  Peralatan bermain. Alat yang digunakan hendaknya mudah diperoleh, dapat digunakan anak, tidak mudah rusak dan tidak berbahaya.
Ø  Pendekatan. Pendekatan yang digunakan ada bermacam-macam. Hal ini tergantung pada tujuan dan karakteristik anak tuna grahita.
Ø  Suasana bermain. Agar suasana bermain berjalan dengan baik, maka harus dihindari jangan sampai anak merasa tertekan, takut, atau terpaksa dalam bermain.
Ø  Keamanan. Untuk menjaga keamanan anak harus dibiasakan menunggu giliran, menggunakan alat dengan tenang, mengambil dan menyimpan alat pada tempatnya, dan lain-lain.
Ø  Evaluasi. Evaluasi bermain sebaiknya diadakan setiap kali bermain.

8.  Penerapan Terapi Bermain melalui Permainan Lempar Tangkap Bola
Jumlah Pemain                      : tidak terbatas
Tempat bermain                    : lapangan atau ruang dala kelas
Jenis bola                               : bola plastik ukuran besar
Cara bermain                         :
-          anak-anak bermain kesamping, menghadap guru atau anak yang menjadi lawan mainnya
-          guru atau anak yang menjadi lawan dalam jarak tertentu melemparkan bola kepada anak yang dihadapannya.
-          Anak harus menangkap bola dengan kedua tangannya lalu melempar kembali bola kepada guru ata anak yang menjadi lawannya begitu seterusnya.
Tujuan dari permainan ini adalah :
-          melatih kecepatan motorik kasar anak.
-          Melatih konsentrasi, agar perhatian anak dapat terpusat pada suatu objek
-          Melatih ketangkasan.

9. Penerapan Terapi Bermain Melalui Permainan Itik Berbaris
Jumlah pemain          : tidak terbatas
Tempat bermain        : halaman atau ruangan yang agak luas
Jenis bola                   : bola yang agak besar (bola yang mudah dipegang anak dengan satu tangan
Cara bermain             :
-          anak berbaris memanjang kebelakang sambil berjongkok dan kedua tangan memegang bahu kawan yang ada didepannya.
-          Guru membuat garis awal (start) dan garis akhir (finish) dengan jarak sesuai kemampuan anak.
-          Di garis akhir (finish) disediakan dua bola.
-          Bola ini adalah makanan itik yang akan dinikamati bersama-sama.
-          Guru memberikan aba-aba “ jalan “ maka dua kelompok itik berbaris itu mulai berjalan dengan tetap berjongkok dan memegang bahu kawan untuk mengambil bola.
Tujuan dari permainan ini adalah   :
-          melatih kedisiplinan anak,
-          melatih kekompakan antar teman sebaya
-          melatih kerja sama
-          membangun interaksi sosial, komunikasi sosial
-          melatih motorik anak.

10. MAHKOTA RAJA
Manfaat Permainan        :
  1. Latihan motorik halus
  2. Kerjasama
  3. Melatih Kreatifitas
  4. Melatih Kognitif

Bahan dan Peralatan       :
·         Daun secukupnya ( daun nangka, mangga, jambu air dan sebagainya)
·         Lidi penyemat
Langkah Kegiatan           :
  1. Ajaklah anak –anak melipat daun secara horizontal.
  2. Mintalah anak-anak untuk menangkupkan sisi lembar daun yang telah dilipat pada sisi daun yang lain.
  3. Mintalah anak untuk menyematkan lidi pada rangkaian kedua daun itu.
  4. Tangkupkan lembar demi lembar daun berikutnya pada daun yang telah terangkai. Jangan lupa sematkan lidi.
  5. Ukurlah lebar mahkota dengan lingkar kepala anak agar pas bila dikenakan.
  6. Mintalah anak-anak menyambungkan kedua keujung rangkaian daun dan berilah lidi penyemat.
  7. Ajaklah anak bermain peran dengan seting kerajaan. Biarkan anak memilih perannya masing-masing.
 
11. LOMPAT GEOMETRI
Manfaat Permainan        :
  1. Mengenal bentuk geometri
  2. Latihan fisik
  3. Berasosialisasi
  4. Mengenal warna

Bahan dan Peralatan       :
·         Tempat yang lapang
·         Kapur tulis
Langkah Kegiatan           :
  1. Pilihlah tempat yang lapang untuk bermain, bisa di halaman rumah atau di dalam ruangan.
  2. Gambaran bentuk-bentuk geometri, seperti segi tiga, bujur sangkar, jajar genjang, atau lingkaran pada tanah atau lantai menggunakan kapur tulis.
  3. Tunjukkan nama-nama bentuk geometri tersebut pada anak-anak.
  4. Ajaklah anak-anak untuk melompat dari bentuk geometri yang satu ke bentuk geometri yang satu ke bentuk geometri yang lain, sambil menyebut bentuk geometri itu.
  5. Lakukan berulang-ulang hingga anak-anak merasa puas.